KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a) Lakukan pengkajian Fisik
b) Lakukan pengkajian perkembangan
c) Dapatkan riwayat keluarga, terutama yang berkaitan
dengan usia ibu atau anak lain mengalami keadaan serupa
d) Observasi adanya manifestasi Sindrom Down:
1. Karakeristik Fisik (Paling sering terlihat)
·
Tengkorak bulat kecil dengan oksiput
datar
· Lipatan epikantus bagian dalam dan fisura palpebra
serong (mata miring ke atas dan keluar)
·
Hidung kecil dengan batang hidung
tertekan kebawah (hidung sadel)
·
Lidah menjulur kadang berfisura
·
Mandibula hipoplastik (membuat lidah
tampak besar)
·
Palatum berlengkung tinggi
·
Leher pendek tebal
·
Muskulatur Hipotonik (perut buncit,
hernia umbilikus)
·
Sendi hiperfleksibel dan lemas
·
Tangan dan kaki lebar, pandek
tumpul.
·
Garis simian (puncak transversal
pada sisi telapak tangan)
2. Intelegensia
·
Bervariasi dan retardasi hebat sampai
intelegensia normal rendah
·
Umumnya dalam rentang ringan sampai
sedang
·
Kelambatan bahasa lebih berat
daripada kelambatan kognitif
3. Anomaly congenital (peningkatan insiden)
·
Penyakit jantung congenital (paling
umum)
·
Defek lain meliputi:
Agenesis renal, atresia duodenum, penyakit hiscprung,
fistula esophagus, subluksasi pinggul. Ketidakstabilan vertebra servikal
pertama dan kedua (ketidakstabilan atlantoaksial)
4. Masalah Sensori (seringkali berhubungan)
·
Kehilangan pendengaran konduktif
(sangat umum)
·
Strabismus
·
Myopia
·
Nistagmus
·
Katarak
·
Konjungtivitis
5. Pertumbuhan dan perkembangan seksual
·
Pertumbuhan tinggi badan dan BB
menurun, umumnya obesitas
·
Perkembangan seksual terhambat,
tidak lengkap atau keduanya
·
Infertile pada pria, wanita dapat
fertile
·
Penuaan premature uum terjadi,
harapan hidup rendah
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan
kerentanan terhadap infeksi pernapasan
2. Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan karena lidah yang
menjulur dan palatum yang tinggi.
3.
Risiko tinggi cedera b/d
hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial
4. Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik
dan mental yang mereka miliki.
5.
Defisit pengetahuan (orang tua) b/d
perawatan anak syndrom down.
3.3 Rencana Keperawatan
1. Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan
kerentanan terhadap infeksi pernapasan
Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti infeksi pernafasan
Intervensi:
a)
Ajarkan keluarga tentang teknik
mencuci tangan yang baik.
Untuk
meminimalkan pemajanan pada organism infektif
b) Tekankan pentingya mengganti posisi anak dengan
sering, terutama penggunaan postur duduk
Untuk
mencegah penumpukan sekresi dan memudahkan ekspansi paru
c)
Dorong penggunaan vaporizer uap
dingin
Untuk
mencegah krusta sekresi dan mengeringnya membrane mukosa
d) Ajarkan pada keluarga penghisapan hidung dengan spuit
tipe-bulb
Karena
tulang hidung anak tidak berkembang menyebabkan masalah kronis ketidakadekuatan
drainase mucus
e)
Dorong kepatuhan terhadap
imunisasiyang dianjurkan
Untuk
mencegah infeksi
f)
Tekankan pentingnya menyelesaikan
program antibiotic bila diinstruksikan
Untuk
keberhasilan penghilangan infeksi dan mencegah pertumbuhan organism resisten
2. Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan karena lidah yang
menjulur dan palatum yang tinggi.
Tujuan : kesulitan pemberian makan pada masa bayi menjadi
minimal
Intervensi:
a.
Hisap hidung setiap kali sebelum
pemberian makan, bila perlu
Untuk
menghilangkan mukus
b.
Jadwalkan pemberian makan sedikit
tapi sering: biarkan anak untuk beristirahat selama pemberian makan
Karena
menghisap dan makan sulit dilakukan dengan pernapasan mulut
c. Berikan makanan padat dengan mendorongnya ke mulut
bagian belakang dan samping
Karena
refleks menelan pada anak dengan sindrom down kurang baik
d.
Hitung kebutuhan kalori untuk
memenuhi energy berdasarkan tinggi dan berat badan
Memberikan
kalori kepada anak sesuai dengan kebutuhan
e.
Pantau tinggi dan BB dengan interval
yang teratur
Untuk
mengealuasi asupan nutrisi
f. Rujuk ke spesialis untuk menentukan masalah
makananyang spesifik
Mengetahui
diit yang tepat
3.
Risiko tinggi cedera b/d
hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial
Tujuan: mengurangi risiko terjadinya cedera pada pasien dengan
sindrom down
Intervensi:
a.
Anjurkan aktivitas bermain dan
olahraga yang sesuai dengan maturasi fisik anak, ukuran, koordinasi dan
ketahanan
Untuk
menhindari cedera
b.
Anjurkan anak untuk dapat berpartisipasi
dalam olahraga yang dapat melibatkan tekanan pada kepala dan leher
Menjauhkan anak dari factor resiko cedera
c.
Ajari keluarga dan pemberi perawatan
lain (mis: guru, pelatih) gejala instabilitas atlatoaksial
Memberikan perawatan yang tepat
d.
Laporkan dengan segera adanya
tanda-tanda kompresi medulla spinalis (nyeri leher menetap, hilangnya
ketrampilanmotorik stabil dan control kandung kemih/usus, perubahan sensasi)
Untuk mencegah keterlambatan pengobatan
4. Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik
dan mental yang mereka miliki.
Tujuan: kebutuhan akan sosialisasi terpenuhi
Intervensi:
a. Motivasi orang tua agar memberi kesempatan anak untuk
bermain dengan teman sebaya agar anak mudah bersosialisasi
Pertukem
anak tidak semaikin terhambat
b.
Beri keleluasaan / kebebasan pada
anak untuk berekspresi
Kemampuan
berekspresi diharapkan dapat menggali potensi anak
5.
Defisit pengetahuan (orang tua) b/d
perawatan anak syndrom down.
Tujuan: orang tua/keluarga mengerti tentang perawatan pada
anaknya
Intervensi:
a.
Berikan motivasi pada orang tua agar
memberi lingkungan yang memadai pada anak
lingkungan
yang memadai mendukung anak untuk berkembang
b.
Dorong partisipasi orang tua dalam
memberi latihan motorik kasar dan halus serta pentunjuk agar anak mampu
berbahasa
Kemampuan
berbahasa pada anak akan terlatih
c.
Beri motivasi pada orang tua dalam
memberi latihan pada anak dalam aktivitas sehari-hari.
Aktivitas
sehari-hari akan membantu pertukem anak
3.4 Evaluasi
1)
Diagnosa 1
·
Anak tidak menunjukkan adanya
tanda-tanda infeksi atau distress pernafasan
2)
Diagnosa 2
·
Bayi mengkonsumsi makanan dengan
jumlah adekuat yang sesuai dengan usia dan ukurannya
·
Keluarga melaporkan kepuasan dalam
pemberian makanan
·
Bayi bertambah berat badannya sesuai
dengan tabel perkembangan
·
Keluarga mendapatkan manfaat dari
pelayanan spesialis
3)
Diagnosa 3
·
Anak berpartisipasi dalam aktivitas
bermain dan berolahraga
·
Anak tidak mengalami cedera yang
berkaitan dengan aktivitas fisik
4)
Diagnosa 4
·
Anak mampu bersosialisasi dan
berinteraksi dengan baik sehingga anak dapat menjalin hubungan baik dengan
orang lain tidak merasa minder
5)
Diagnosa 5
·
Keluarga mengetahui tentang
perawatan pada anak dengan Sindrome Down
·
Keluarga berpartisipasi aktif dalam
perawatan anaknya
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sindrom Down adalah
kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan genetik salinan tambahan kromosom
pada keseluruhan trisomi 21 atau sebahagian, disebabkan translokasi kromosom
(wikipedia melayu). Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat
dikenali dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi
akibat adanya kromosom 21 yang berlebihan (Soetjiningsih).
Penyebab yang spesifik belum diketahui,
tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki
anak syndrom down. Karena diperjirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat
menyebabkan “non-disjunction” pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom
21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua.
4.2 Saran
Dalam
melakukan perawatan pada anak dengan syndrome down, seorang perawat harus mempu
mengajak keluarga untuk aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan keperawatan.
Hal ini ditujukan untuk memberikan pendidikan kepada keluarga karena setelah
keluar dari rumah sakit maka keluargalah yang dituntut untuk bisa melakukan
perawatan home care.
DAFTAR
PUSTAKA
Wong, Donna
L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan
Pedriatrik Edisi 4. Jakara: EGC
http://link.cd2000.net/cache/?s=http://varyaskep.wordpress.com/2009/01/21/down-syndrom-pada-anak/ diakses pada 04-05-2010: 21.20 WIB